Jumat, 25 Maret 2011

LALUHAN HUT KAPUAS TAHUN 2011

Teks dan foto oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos





Rangkaian puncak semarak Hari Jadi kota Kuala Kapuas ke-205 dan Hari Ulang Tahun Pemerintah Kabupaten Kapuas ke-60 Tahun 2011 diakhiri di Pelabuhan Danau Mare Kuala Kapuas sore ini  (25/3/2011) pukul 15.00 sampai 16.30 WIB dengan diadakannya upacara adat Laluhan atau Perang Air Suku Dayak Ngaju.





Acara yang digelar dikoordinir langsung oleh Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Drs. Edy Lukman Hakim, MM, dihadiri oleh Bupati Kapuas Drs. H. Muhammad Mawardi, MM beserta ibu Aliyah Mawardi, unsur Muspida Kabupaten Kapuas, para kepala dinas / instansi Kabupaten Kapuas, para tokoh masyarakat, tokoh adat serta masyarakat kota Kuala Kapuas dan sekitarnya.





Deskripsi Laluhan
Dayak Pos Online dalam tema Budaya Kalteng  mendeskripsikan “Laluhan” sebagai Perang Air Suku Dayak Ngaju.  Budaya Laluhan ini merupakan sebuah rangkaian prosesi upacara adat suku Dayak di Kalimantan Tengah yang biasanya satu rangkaian dengan acara-acara tertentu misalnya Tiwah.




Suasana perang air tahun ini di depan Pelabuhan Danau Mare Kuala Kapuas merupakan bagian dari rangkaian upacara adat Mamapas Lewu Kapuas yang merupakan bagian dari perayaan hari ulang tahun kota Kuala Kapuas dan pemerintah kabupaten Kapuas.




Tentu kejadian ini bukan perang dalam arti peperangan yang sesungguhnya karena alat perang yang digunakan adalah tombak dari batang suli yang sudah ditumpulkan ujung-ujungnya. Perang-perangan di atas air yang diperagakan warga ini  merupakan salah satu kegiatan atraksi warisan budaya asli suku Dayak Ngaju Kuala Kapuas yang secara turun temurun sudah dikenal dengan istilah “Laluhan”.






Budaya Laluhan sebagai tradisi perang air suku Dayak Ngaju  yang merupakan penduduk asli Bumi Tambun Bungai Kalimantan Tengah ini, tradisi perang air atau perang danum adalah peristiwa budaya  simbolik yang menggambarkan betapa gigihnya warga Dayak mempertahankan wilayahnya dari gangguan musuh. Simbolisme ini juga bagian dari betapa gigihnya warga memerangi kemiskinan dan keterbelakangan sehingga nantinya menjadi sebuah masyarakat yang maju.




Bagi warga suku Dayak Ngaju, tradisi Laluhan yang sesungguhynya adalah kegiatan yang berkaitan dengan  Tiwah atau upacara pengangkatan tulang belulang seseorang yang sudah meninggal dan dikubur. Maka dalam kaitan inilah konteks awal Laluhan ini berawal. Namun kini Laluhan tidak lagi semata-mata bagian dari  rangkaian upacara kematian berupa pemindahan tulang-belulang ke bangunan kecil yang disebut Sandung. Justru melalui even tahunan semacam ini "Laluhan" sudah menjadi atraksi budaya khas yang langka, unik dan menarik.




Semoga dengan diagendakannya upacara adat yang bersumber dari kepercayaan nenek moyang orang Dayak Ngaju yang menganut “Kaharingan” ini  maka Laluhan dapat diangkat pula menjadi peristiwa budaya  yang menjadi ciri khas Kuala Kapuas sebagai  KOTA AIR yang mampu mencapai kabupaten Kapuas yang AMANAH.




Kiranya Kapuas senantiasa Jaya.


This entry was posted in KEBUDAYAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar