Selasa, 18 Januari 2011

KERA KABOLI

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, kera atau monyet dibagi kedalam klasifikasi ilmiah sebagai berikut:

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Primata
Upaordo: Haplorrhini
Parvordo: Catarrhini
Superfamili: Hominoidea
Gray, 1825
  
 
Familia
Hylobatidae
Hominidae
Proconsulidae
Dryopithecidae
Oreopithecidae

Dengan demikian maka kera adalah anggota superfamilia Hominoidea dari ordo Primata. 

Dalam sistem taksonomi saat ini ada dua familia hominoid:
Banyak spesies kera saat ini memiliki status terancam karena hilangnya habitat mereka di hutan hujan tropis dan perburuan. Saat ini ada 8 genus hominoid yang belum punah, yaitu



KERA KABOLI, KERA KOTA KUALA KAPUAS
Pada hari Sabtu tanggal 27 November 2010 pukul 11.15 WIB, saya berangkat dari Buntok (ibukota kabupaten Barito Selatan) menumpang kapal (taksi air) KM Rosita Agung. Kapal berangkat dengan tujuan kota Kuala Kapuas (ibukota kabupaten Kapuas). 

Tepat pukul 06.05 WIB hari Minggu tanggal 28 November 2010, kapal tiba dan singgah di Pelabuhan Perusahaan Kaboli yang posisinya tidak jauh dari Jembatan Pulau Petak, kota Kuala Kapuas. Di sini kapal singgah untuk menurunkan penumpang yang ingin melanjutkan perjalanan ke kota Palangka Raya karena sudah menunggu 2 (dua) buah taksi travel jenis mobil Kijang Krista. 

Singgah di pelabuhan Kaboli bukan sekedar singgah dan melihat pemandangan pagi di ujung kota Kuala Kapuas. Ternyata dengan merapatnya kapal di pelabuhan, membuat mendekat pula sekawanan kera yang jumlahnya mencapai 10 (sepuluh) ekor. Sangat jelas kera-kera ini satu kelompok karena terdiri dari beberapa kera dewasa dan tiga ekor kera kecil. Artinya, masih ada kera liar yang hidup bebas di kota Kuala Kapuas. Rupanya kawanan kera-kera ini bersengaja  mendekat ketika ada kapal yang merapat, mungkin mereka mengharap makanan dari kapal yang datang. 


Kera-kera itu berlarian bebas di atas kapal tongkang milik Perusahaan Kaboli.  Fikir saya, seandainya  saja suasana semacam ini mampu dikelola, tidak menutup kemungkinan tongkang Kaboli dapat dijadikan  tempat memberi makan (feeding place) bagi satwa liar yang masih berkeliaran bebas. Tidak kah ini  sebuah atraksi yang menarik di tepi sungai Kapuas? Dan tidakkah lokasi tongkang Kaboli yang  hanya beberapa meter saja dari jembatan Pulau Petak kota Kuala Kapuas, sangat memungkinkan diupayakan sebagai daya tarik wisata kota Kuala Kapuas dimasa yang akan datang?


Ditulis dan diposkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos   

Senin, 17 Januari 2011

ENGGANG DI BUNDARAN KOTA KUALA KAPUAS






BUNDARAN KOTA KUALA KAPUAS
Satu upaya Kabupaten Kapuas yang perlu diapresiasi adalah berdirinya tugu bundaran kota Kuala Kapuas. Pada satu sisi dari bundaran ini menampilkan patung orangutan dan habitatnya. Dan pada dua tepi dari bagian bundaran ini terdapat dua patung burung enggang atau burung tingang.

Burung Tingang merupakan bagian sangat penting dari budaya Dayak Kabupaten Kapuas. Begitu pentingnya burung ini maka tidak heran Kabupaten Kapuas menempatkannya sebagai lambang daerah Kabupaten Kapuas dengan semboyan "Tingang Menteng Panunjung Tarung". 

Semoga  dengan bendirinya tugu, bundaran dan taman kota ini maka kabupaten Kapuas akan mampu  pula mempersiapkan habitat nyata bagi orangutan, burung tingang dan satwa endemik langka lainnya. 


BURUNG TINGANG SECARA ILMIAH
Dari Wikipedia bahasa Indonesia ( ensiklopedia bebas) didapat data bahwa burung Tingang adalah Enggang atau Rangkong dalam bahasa Indonesia.

Burung Enggang atau Burung Rangkong (bahasa Inggrisnya: Hornbill) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya berwarna terang. Nama ilmiahnya adalah "Buceros" merujuk pada bentuk paruhnya dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani.

Burung Enggang tergolong kelompok Bucerotidae yang termasuk 57 spesies. Sembilan spesies dari padanya berasal endemik di bagian selatan Afrika. Makanannya terutama buah-buahan, juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.

Ketika waktunya mengeram, enggang betina bertelur sampai enam biji telur putih terkurung di dalam kurungan sarang, dibuat antara lain dari kotoran dan kulit buah. Hanya terdapat satu bukaan kecil yang cukup untuk burung jantan mengulurkan makanan kepada anak burung dan burung enggang betina.


Apabila anak burung dan burung betina tidak lagi muat dalam sarang, burung betina akan memecahkan sarang untuk keluar dan membangun lagi dinding tersebut, dan kedua burung dewasa akan mencari makanan bagi anak-anak burung. Dalam sebagian spesies, anak-anak burung itu sendiri membangun kembali dinding yang pecah tanpa bantuan burung dewasa.



Burung Tingang Lambang Budaya Dayak
Dalam budaya Kalimantan (Dayak), burung enggang (tingang) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat "maskulin". Di Pulau Kalimantan, burung enggang sakti dipakai sebagai lambang daerah atau simbol organisasi seperti di lambang negeri Sarawak, lambang provinsi Kalimantan Tengah, simbol Universitas Lambung Mangkurat dan sebagainya. Burung enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak, sedangkan dalam budaya Banjar, burung enggang diukir dalam bentuk tersamar (didistilir) karena Budaya Banjar tumbuh dibawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa. Burung Enggang yang disamarkan wujudnya dipakai sebagai Tatah Hujung Pilis pada Rumah Banjar.



Burung Tingang Lambang Kabupaten Kapuas 



Inilah lambang kabupaten Kapuas yang dengan jelas menggambarkan Burung Tingang ditengah-tengah logonya. Sementara itu pada pita bersurat di bagian bawah dengan jelas pula menuturkan fisolofi daerah yang berbunyi: "Tingang Menteng Panunjung Tarung."


Ditulis dan diposkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos.

Jumat, 14 Januari 2011

Ramu Huran Je Basejarah intu Sungei Kapuas


Rabu, 15 Desember 2010
Inyalin baasa bara Karya Pujangga
Due paneser tradisional supa “karis” dengan “kancip” raksasa je panjang ah sakitar  1,5 (ije satengah) meter intu sungei Kapuas, persis huang penda jambatan Pulau Telo, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Haranan awi panyupa jituh, warga Kampung Keramat palus “gigir”. Buhen maka ewen gigir?  Awi pandinun ji sinde tuh iete karis dengan kancip panyila pinang jite,  ukura dia kanarai buju-bujur raksasa.
Due paneser tradisional ji manyupa banda huran te iaitu Henry (21) dengan Yanto (28), warga RT 2.
Model karis jaman huran jite manyarupa balati dengan ba ukir intu kuluk ah.  Kalute kia dengan kancip hai, intu kuluk ah tege hiasan ije mirip burung suci khas Dayak  “burung tingang”.
Menurut auh Henry je supa ramu,  banda ji inyupa ewen te ianggap uluh are suci. Tege papire  keanehan sawaktu uluh dumah  mimbing banda te.  Ji bahanyi manigung karis rupa palus kejer  kejung lenge ewen. Makate manurut  dawaan ewen banda bara sanaman jite ianggap suci awi memperhati kajadian ji tege tuntang perkiraan umur ah ji 300 (telu ratusan) nyelu. Awi te maka Henry dia hakun manjual ramu karamat ayu awi ie sayang. ” Narai je tau imili kuh masih balabih, aku dia baniat manjual ramu jite awi ji tangkasulak ah aku dinum petunjuk huang nupi tuntang bisikan gaib,” auh ah ….

Tege hubungan sejarah dengan Kerajaan Bataguh
Kesimpulan sementara, senjata tradisional te puna tege kaita dengan Kerajaan Bataguh je iyakini uluh are puna puji mendeng nahap intu Kapuas. “Zaman jite Kerajaan Bataguh imimpin awi uluh bawi ji baaran Ratu Nyai Undang,” auh Manli, ije pambakas adat Dayak.

Menurut model ah, barang ramu kuno ji inyupa te beken sanjata sanaman khas Dayak Kalimantan Tengah.  Kakira uluh sanjata-sanjata te puna perangkat uluh huran je impuhun dengan banama atawa kapal khusus huang urusan manyarang lewu Kerajaan Bataguh. Perang kalahi hai ingakira tajadi sekitar nyelu 1400 Masehi.

 “Petak danum Kerajaan Bataguh meliputi areal ji lumbah intu Kapuas dengan Pulau Telo,” auh Manli. Ie menjelas, “Sahindai tuh puji kia inyupa uluh senjata intu Sungai Kapuas, dia kejau bara  pulau Telo. Panyupa tuh dinum uluh huang Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat,  Kabupaten Kapuas. Dengan papire panyupa jituh maka bakuat dawaan palus analisi ji mambujur puji mendeng Kerajaan Bataguh huang Kapuas, kerajaan Dayak ji perang dengan uluh bara lewu kejau dipah laut.”

Auh ji dinun karis huran te, karis bakas ayu ukura tutu hai atawa ukuran raksasa. Kua karis te tege uju lubang. Lubang-lubang jite menunjukkan sanjata puna puji mamangsa kalunen. “Sama dengan  mandau senjata pedang khas Dayak, amun ie tege lubang intu puting ah, jite menandakan senjata puji kuman nyawa atawa mampanihau hambaruan kalunen,” auh ah.

Ketua Dewan Adat Dayak Kapuas, Angie Rohan, menyewut hal ji sama. Ie menduga, tege hubungan ji kuat antara banda-banda huran te dengan Kerajaan Bataguh. Kadue ramu jite ingakira baumur labih bara 300 nyelu. Auh ah, panyupa jituh merupakan untung tuah ji huang bahasa Dayak  inyewut  “katuahan” awi dia uras kalunen tau manyundau nasib kilau tuh. “Kawan ramu banda-banda jite tege kekuatan magis ah. Biasa uluh ji jadi penemu keris tumun tuh adalah kalunen pilihan,” auh beliau.


Inulis tuntang inerbit awi  Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos

DINUN DADU INTU AWAN KERAJAAN BATAGUH



19 Januari
Inyalin baasa bara blog Suparman






Auh kesah uluh huran, Kerajaan Bataguh puna awan Kerajaan hai ije puji bakuasa intu Kapuas. Bara jejak ji tau dinun bara Bataguh adalah bawak dadu uluh huran.

Dadu je harun diunun jituh inampa uluh huran bara kayu tabalien, model ah persegi panjang. Wayah tuh dadu jite jadi tempun  Ketua RT intu wilayah Handel Alai, Kabupaten Kapuas.

Huang foto je iandak huang hunjun ulih gitan dadu dengan papire bawak batu, kute kea tege galang bara timah.

Dengan inyundau dadu jituh maka batambahlah pangatawan itah bahawa bara zaman huran, masyarakat  kerajaan Bataguh jadi kasene tuntang tau barusik dengan usik dadu.

Beda dadu Bataguh dengan dadu moderen iete mata dadu tikas bamata ije sampai epat bewei (1-4), dia sampai bamata jahawen manurut  je ingasene uluh are huang zaman jituh.

Bara zaman pea usik dadu jadi tame huang Kerajaan Bataguh atawa lingkungan rakyat umum Kapuas, dia ulih iungkap lagi. Lamun jite, bara kesamaan model rupa ah, permainan dadu ulih indawa jadi tege sakira  ije zaman dengan dadu ji tege huang  China atawa  Mesir nyelu sakitar 600 sahindai Yesus lahir. Malah menurut dawaan je bakas hindai, tege kemungkinan dadu intu lewu Bataguh jadi tege 2000 nyelu sahindai Masehi. 

Dengan fakta jituh maka kuat dawaan bahwa Kerajaan Bataguh jadi tege  hubungan langsung je luas dengan kerajaan-kerajaan bara luar.


Inyampai tuntang impos awi Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos

Senin, 10 Januari 2011

SELAMATKAN ORANGUTAN KAPUAS!

Liputan6.com tanggal 10 Juli 2010 pukul 18.26 menurunkan berita: "Orangutan asal Kapuas Nyaris Diselundupkan".


 
 
Berdasarkan berita Liputan6.com tersebut dari Pangkalan Bun, "Upaya penyelundupan orangutan digagalkan oleh petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (10/7). Primata yang dilindungi pemerintah ini diselamatkan sesaat sebelum diangkut kapal ke Pulau Jawa.

Roy, itulah nama orangutan jantan berusia lima tahun yang hendak diselundupkan. Pagi tadi, satwa langka ini dirampas dari tangan para penyelundup di Pelabuhan Kumai. Primata yang berasal dari Kabupaten Kapuas ini dibawa menggunakan mobil. Meski masih terlihat sehat, berdasarkan pemeriksaan, orangutan ini mengalami stres. Roy pun segera dipindahkan ke Pusat Karantina Orangutan, untuk perawatan lebih lanjut.

Sejauh ini dua tersangka diperiksa di Kantor BKSDA Pangkalan Bun. Jika terbukti bersalah, para pelaku terancam hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda Rp 100 juta.(OMI/ANS)


HUTAN-HUTAN ORANGUTAN
 
Sampai sekarang orangutan di hutan kabupaten Kapuas masih cukup banyak. Upaya penyelamatan pun telah dan terus dilaksanakan. Permasalahannya, hutan-hutan yang terus dirambah dan kontrol atas perlindungan satwa dilindungi yang lemah, sedikit banyak mengakibatkan kehidupan bebas orangutan kian rawan. Satwa endemik Kalimantan ini akan terus terancam keberadaannya. Oleh karena ini kabupaten Kapuas sudah memerlukan adanya pencadangan khusus kawasan hutan yang memiliki kekuatan hukum kuat guna melindungi orangutan dan sejenisnya.
 
Daerah di kabupaten Kapuas yang sampai sekarang memiliki orangutan dan memiliki jalur pengembaraan sampai ke Madara (kabupaten Barito Selatan) adalah hutan-hutan di daerah Dadahup serta disekitar eks Proyek Lahan Gambut (PLG) Sejuta hektar.




BUNDARAN MASKOT DI KOTA KUALA KAPUAS


 
Salah satu upaya Kabupaten Kapuas yang perlu diapresiasi adalah berdirinya tugu bundaran kota Kuala Kapuas yang pada satu sisinya menampilkan patung orangutan dan habitatnya. Semoga  melalui bundaran kota ini maka kabupaten Kapuas mampu mempersiapkan habitat nyata dari orangutan dan satwa langka lainnya.



Ditulis dan diposkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos.

Minggu, 09 Januari 2011

TAMAN KOTA KUALA KAPUAS



Perkembangan Kuala Kapuas sebagai kota yang menarik, unik dan khas, kian menunjukkan tanda-tanda menggembirakan. Bagaimana tidak! Selama dua tahun terakhir, tampak jelas Kapuas berkembang ke arah kota yang nyaman, paling tidak dengan bertumbuhnya fasilitas umum berupa taman-taman kota.


Salah satu taman kota yang cukup menarik dan nyaman adalah taman Stadion yang berada di sisi timur stadion Kuala Kapuas. Taman ini berada tepat di depan Rumah Sakit Umum Kuala Kapuas dan Bank Pembangunan Kalteng Cabang Kuala Kapuas. Dengan kehadiran taman ini maka warga memiliki tempat santai yang cukup representatif.


Sesungguhnya Kuala Kapuas sudah memiliki beberapa taman yang cukup baik. Dan dimasa mendatang kota ini juga akan memiliki taman-taman lain karena beberapa lokasi sudah direncanakan pembangunannya. Yang pasti Kuala Kapuas diharapkan akan berkembang maju ke arah kota yang berkarakter, menarik, unik dan nyaman. 


Disamping mempersiapkan taman-taman kota, Kuala Kapuas juga diharapkan mampu mempersiapkan hutan-hutan kota dan daerah-daerah resapan air karena ciri alami Kuala Kapuas adalah hutan-hutan yang berair. Seandainya potensi dasar ini bisa dikelola secara khusus maka tidak menutup kemungkinan Kuala Kapuas akan mampu menjadi Kota Wisata yang sesuai dengan motonya: KOTA AIR. 




Ditulis dan diposkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos

Kamis, 06 Januari 2011

PAD PARIWISATA KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2010 MELAMPAUI TARGET

Target APDB Pariwisata Tahun 2010


Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2010 yang diemban oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas adalah Rp. 456.427.000, dengan rincian:
- Pajak Hotel / Bar  Rp. 89.427.000,-
- Pajak Restoran / Rumah Makan  Rp. 70.000.000,-
- Pajak Makan / Minum  Rp. 250.000.000,-
- Pajak Hiburan  Rp. 47.000.000,-


Realisasi APDB Pariwisata Tahun 2010
Setelah Tahun Anggaran 2010 berakhir maka realisasi atas target yang diemban oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas ternyata berhasil mencapai  Rp. 556.985.670,- atau melampaui target 122,03 % dari pagu Rp. 456.427.000.

Adapun realisasi PAD tersebut terinci sebagai berikut:
- Pajak Hotel / Bar Rp. 53.969.520 dari target Rp. 89.427.000,- atau 60,35 %.
- Pajak Restoran / Rumah Makan  Rp. 15.842.100,- dari target Rp. 70.000.000,- atau hanya 22,63 %.


- Pajak Makan / Minum  Rp. 487.184.050,- dari Rp. 250.000.000,- atau melampaui target mencapai 194,87 %.
- Pajak Hiburan  tidak ada realisasi dari target Rp. 47.000.000,- karena perangkat hukum belum siap.


Posted by Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos

ORANGUTAN DI KABUPATEN KAPUAS


Informasi Kapuas hari Selasa tanggal 20 Juli 2010 menurunkan tulisan tentang adanya lembaga khusus yang bergerak dibidang penyelamatan mawas di Kalimantan Tengan. Lembaga tersebut adalah The Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS).

Lembaga ini memiliki cabang di Kabupaten Kapuas dengan alamat Jalan Melati Nomor 9 Kuala Kapuas, telepon (0513) 21396, e-mail bos_mawas@orangutan.or.id dan situs resmi http://orangutan.or.id/home .



Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas menyambut baik keberadaan lembaga ini karena aktivitas mereka terhadap penyelamatan alam dan kelestarian mawas (kera besar) adalah modal penting dalam pembangunan kepariwisataan Kabupaten Kapuas dimasa-masa mendatang.




Dalam release mereka diketahui, Program Yayasan BOS yang dilaksanakan di Kabupaten Kapuas adalah Program Konservasi Kawasan Mawas yang meliputi 2 kecamatan yaitu:
  1. Kecamatan Mantangai
    • Kalumpang
    • Sei Ahas
    • Katunjung
    • Tumbang Muroi

  2. Kecamatan Timpah
    • Petak Puti
    • Aruk
    • Lawang Kajang



Berdasarkaan informasi dari situs resmi diatas manfaat yang dapat dirasakan dari program ini adalah:
  • Membantu mengurangi emisi gas rumah kaca di dunia;
  • Secara langsung meningkatkan kepedulian dunia internasional untuk menyelamatkan species penting (orangutan);
  • Berpengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar Kawasan Mawas;
  • Melaksanakan Konvensi Keanekaragaman Biologi/Convention on Biological Diversity (CBD), Agenda 21 (climate change, sustainable bussiness development etc.), Konvensi perdagangan internasional jenis-jenis yang dilindungi (CITES), dan Konvensi Ramsar untuk perlindungan lahan basah;
  • Memberikan kesempatan bagi staf pemerintah daerah untuk mendapatkan beasiswa (dalam dan luar negeri) dengan melakukan penelitian di areal kerja Program Konservasi Mawas.

Minggu, 02 Januari 2011

ANGGREK KHAS KABUPATEN KAPUAS

 
Repro  Anggrek Mantangai by subhan —
29 Juni 2010
 
 



Secara umum hutan Kalimantan adalah hutan hujan tropis. Dengan demikian tidak heran kalau di hutan-hutan semacam ini sangat banyak dijumpai flora dan fauna khas.

Salah satu kekhasan yang ada di Kalimantan, khususnya Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah adalah anggrek. Dan anggrek yang menjadi perbincangan hangat adalah anggrek yang secara lokal dinamakan Anggrek Mantangai.


Anggrek Mantangai ini  “sepal, petal dan bibir bunganya berwarna merah muda sampai ungu dengan sapuan keputih-putihan. Warna (semacam ini) melambangkan keromantisan, cinta dan kasih sayang. Warna universal ini adalah kesukaan banyak orang. Rangkaian kuntum bunganya sangat menawan, bersusun rapi, semarak dan semua seakan ingin tampil menampakkan pesonanya. Itulah sebagian pujian, sanjungan yang layak dialamatkan ke anggrek ini”.

Sudah tidak diragukan lagi, anggrek ini memiliki banyak keunggulan yang sulit tertandingi anggrek lain di kelasnya. Ia juga mudah di budidayakan, cepat berbunga, berbunga sepanjang tahun, selain banyak bunganya, pun dia mampu bertahan berbulan-bulan.

Dari segi kepopulerannya di Kalimantan Tengah, barangkali hanya anggrek ini yang mampu menandingi ketenaran si ekor tikus Paraphalaenopsis laycockii maskotnya Kota Palangka Raya.

Kabarnya harga anggrek ini pernah menembus angka diatas Rp. 5.000.000,- per pot, sungguh sebuah harga yang luar biasa untuk anggrek selevel dendro species di daerahnya sendiri.

Mengoleksi anggrek ini seakan merupakan lagu wajib  bagi penghobi di daerah ini. Itulah sang idola bagi masyarakat  Kalimantan Tengah “Anggrek Mantangai”.

Berdasarkan keterangan orang-orang yang memeliharanya, anggrek ini sesuai namanya berasal dari daerah kecamatan Mantangai, kabupaten Kuala Kapuas. Anggrek ini banyak dipelihara masyarakat setempat dan katanya anggrek ini banyak ditemukan di daerah Mantangai ini”.

Sementara menurut berita resmi PVT Pendaftaran Varietas Lokal  No. Publikasi : 068/BR/PVL/11/2007 dengan pemohon Bapak A. Teras Narang, SH., Gubernur Kalimantan Tengah, anggrek Dendrobium Mantangai mempunyai penyebaran geografis di Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan.


Diposkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos
This entry was posted in PARIWISATA. Bookmark the permalink

TARGET NASIONAL KUNJUNGAN WISATAWAN TAHUN 2011

Repro Antara News,  Jumat, 31 Desember 2010 16:06 WIB
 


Jakarta, 31/12 (ANTARA)
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI (Menbudpar) Ir. Jero Wacik, SE menyatakan, tingginya persepsi dunia terhadap Indonesia menjadi salah satu pertimbangan Pemerintah untuk menaikkan target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia tahun 2011 sebesar 7,7 juta wisman.

“Tahun 2011 auranya sangat positif. Kita menetapkan target optimistis 7,7 juta dan target pesimis sebagai kontrak kinerja Menbudpar kepada Presiden RI sebesar 7,3 juta,” kata Menbudpar Jero Wacik dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun 2010 di Balairung Gedung Sapta Pesona Jakarta, Kamis(30/12).

Menbudpar mengatakan, target kunjungan wisman tahun 2010 sebesar 7 juta tercapai. Jumlah kunjungan wisman tahun 2010 sebesar 7.000.571 atau tumbuh sekitar 8,5% dibandingkan tahun 2009 sebesar 6.452.259 wisman. “Capaian kunjungan wisman tahun ini melampaui target pesimistis 6,75 juta sebagai kontrak kinerja Menbudpar kepada Presiden RI dan melampaui target optimis 7 juta,” kata Menbudpar.

Capaian kunjungan 7,000.571 juta wisman tahun 2010 menghasilkan devisa sebesar US$ 7,6 miliar dengan perhitungan rata-rata pengeluaran US$ 1.085.70/orang per kunjungan dan lama tinggal wisman rata-rata 8,04 hari. Pengeluaran wisman tahun 2010 rata-rata sebesar US$ 1.085.70 telah mengalami peningkatan sekitar 9% dibandingkan tahun 2009 sebesar US$ 995,93/orang per kunjungan. Sedangkan lama tinggal wisman tahun 2010 rata-rata 8,04 hari mengalami peningkatan sebesar 5% dibandingkan tahun 2009 rata-rata 7,69 hari.

Menbudpar menjelaskan, jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) tahun 2010 sebesar 234 juta dengan jumlah pengeluaran Rp 138 triliun atau mengalami peningkatan 3,05% dibandingkan tahun 2009 sebesar 229 juta perjalanan, sementara proyeksi tahun 2011 sebesar 237 juta perjalanan.

Meningkatnya perjalanan wisnus mendorong tingkat penghunian kamar (TPK) hotel bintang di tanah air pada Januari-Oktober 2010 rata-rata sebesar 50,38% atau meningkat 1,99 poin dibanding periode sama tahun 2009 sebesar 48,39%.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Ka. Pusformas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI di Jakarta.

Diposkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos