Rabu, 15 Desember 2010
Repro Karya Pujangga
Repro Karya Pujangga
Dua penyelam tradisional menemukan "keris" dan "kancip" raksasa (pemotong pinang) sepanjang 1,5 meter di sungai Kapuas, tepatnya di bawah jembatan Pulau Telo, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Warga Desa Keramat, "digegerkan" dengan penemuan keris dan kancip pembelah pinang ukuran raksasa oleh dua penyelam tradisional yaitu Henry (21) dan Yanto (28), warga RT 2.
Keris yang ditemukan berbentuk belati yang memiliki ukiran unik di pangkal tetapi gagang kerisnya tidak ada.
Demikian juga dengan kancip besar itu, ujung-ujungnya berbentuk seperti burung suci khas Dayak "tingang".
Menurut Henry sang penemu, benda yang mereka temukan dianggap suci. Ada beberapa keanehan ketika pengunjung cukup berani menyentuh keris adalah kaku tangan mereka. Menurut perkiraan benda besi yang ditemukan diperkirakan berumur 300 tahunan. Karena itu, Henry tidak tertarik untuk menjual keris dan temuan kancip raksasa itu. "Apa yang saya mau beli masih lebih, hanya saya tidak berniat untuk menjualnya pertama, karena saya tidak mendapatkan petunjuk, baik dari mimpi dan bisikan ajaib," katanya ....
Ada hubungan sejarah dengan Kerajaan Bataguh
Kesimpulan sementara, senjata tradisional tersebut terkait dengan Kerajaan Bataguh yang diyakini telah berdiri di Kapuas. "Pada waktu itu Kerajaan Bataguh dipimpin oleh seorang ratu bernama Nyai Undang," kata Manli, salah seorang tetua adat Dayak.
Bentuk dari barang kuno yang ditemukan bukanlah senjata khas Dayak Kalimantan Tengah. Diperkirakan senjata-senjata dan perangkat masa silam ini diturunkan dengan kapal dalam rangka menyerang Kerajaan Bataguh. Pertempuran diperkirakan terjadi sekitar tahun 1400 Masehi. "Kerajaan Bataguh memiliki area yang luas di Kapuas dan Pulau Telo," kata Manli.
Dia menjelaskan, sebelumnya juga telah ditemukan senjata di Sungai Kapuas dan tidak jauh dari pulau Telo. Temuan itu tepatnya di Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas. Temuan ini memperkuat dugaan dan analisis tentang pernah berdirinya kerajaan Bataguh yang berperang dengan orang asing.
Para penemu keris tua berukuran raksasa itu mengemukakan adanya tujuh buah lubang pada keris. Dia mengatakan, lubang-lubang itu menunjukkan bahwa senjata ini telah memangsa orang. "Sama seperti mandau pedang senjata khas Dayak, jika ada lubang di ujung, itu menandakan bahwa senjata tersebut telah pernah menghilangkan nyawa seseorang," katanya.
Ketua Dewan Adat Dayak Kapuas, Anggie Rohan, mengatakan hal yang sama. Dia juga menduga adanya link antara temuan ini dengan Kerajaan Bataguh. Kedua benda tersebut diperkirakan berusia lebih dari 300 tahun. Dikatakannya, penemuan ini merupakan hal yang disebut dalam bahasa Dayak sebagai "keberuntungan" karena tidak semua orang bisa mendapatkannya. "Benda-benda tersebut memiliki kekuatan magis. Biasanya, penemu Keris adalah orang yang terpilih," katanya.
Diterbitkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar