Selasa, 19 Juni 2012

RAPAT PERSIAPAN KABUPATEN KAPUAS MENUJU KEJURDA DRUM BAND 2012 DI SERUYAN


Pada hari Selasa tanggal 19 Juni 2012 Pukul 09.00-11.00 WIB dilaksanakan Rapat Persiapan Kabupaten Kapuas menuju Kejuaraan Daerah Drumband Gubernur Cup X di Kabupaten Seruyan. Rapat dipimpin Asisten l Sekretariat Daerah Kabupaten Kapuas, didampingi Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Drs. Raden Ledi Karsapati R Mathias  dan Kepala Bidang Pemuda Disporabudpar Kabupaten Kapuas Ir. Saripudin.


Rapat yang dilaksanakan di ruang  Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas itu dihadiri oleh dua Kabag dilingkungan Pemda Kapuas, yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas, Kabid Olahraga Disporabudpar, pengurus Drumband Pramuka Kabupaten Kapuas, pengurus Drumband Bahana Gita Praja Kuala Kapuas dan beberapa undangan lainnya.


Rapat memutuskan bahwa Kabupaten Kapuas akan mengikuti Kejurda Drumband Gubernur Cup X Tahun 2012 yang akan dilaksanakan pada 6-10 Juli 2012 di Kuala Pembuang, kabupaten Seruyan dengan kekuatan 60 (enam puluh) orang anggota drumband, 2 pelatih, official, beberapa orang pendamping dan peninjau.


Dalam kejurda tahun 2012 nanti Kabupaten Kapuas akan berusaha mengikuti semua nomor lomba antara lain katagori Lomba Baris berbaris, Unjuk Gelar, Perorangan, Ketahanan, Padarampak dan nomor lainnya.


Diharapkan dalam pemberangkatan rombongan ke Seruyan nanti kiranya dapat dilepas secara resmi oleh Bapak Bupati Kapuas.

Senin, 18 Juni 2012

TEMUAN ARKEOLOGI TERBARU DI KUALA KAPUAS (5), QUO VADIS…. ?

Posted by Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos


Temuan Arkeologi terbaru berupa kapal karam di perairan desa Pangkalan Sari kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas telah dinyatakan sebagai benda cagar budaya yang khas sehingga direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010. Hal ini tertuang dalam surat Balai Arkeologi Banjarmasin  Nomor : PL.0401/BalarBJM/KPK/04.VI/2010 tanggal 4 Juni 2012  Hal : Rekomendasi Temuan Kapal.


Lalu bagai mana Pemerintah Daerah menanggapinya? Fihak Dinas Pemuda, Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas selaku salah satu pemangku kepentingan (stake holder) dan instansi terdepan (leading sector) kebudayaan di daerah sepakat dengan rekomendasi Balai Arkeologi Banjarmasin sehingga menyampaikan surat kepada Bapak Bupati dan menyampaikan beberapa hal.

Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas meminta agar Pemerintah Daerah mendukung saran Balai Arkeologi Banjarmasin yang merekomendasikan kapal karam dan lokasinya sebagai open site museum untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata.

Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas sangat memohon dukungan dari Bupati, DPRD Kabupaten Kapuas, Pemerintah Provinsi Kalteng, bahkan Pemerintah Pusat dan fihak-fihak terkait lainnya agar situs desa Pangkalan Sari dapat diwujudkan menjadi cagar budaya dan daya tarik wisata daerah.

Sekedar diketahui…, ada beberapa daerah di Kalimantan Tengah sudah menetapkan beberapa tinggalan masa lalu sebagai museum atau benda cagar budaya walau pun dari sisi usia belum terlalu tua. Misalnya…, kota Palangka Raya telah menetapkan Pelabuhan Rambang lama, Tugu Soekarno dan Mess Daerah sebagai benda cagar budaya padahal semua itu belum ada sebelum tahun 1957.


Kabupaten Barito Selatan menetapkan kapal Barsel 1 sebagai benda cagar budaya padahal Kapal DDN (Departemen Dalam Negeri) itu merupakan kendaraan dinas Bupati Barito Selatan antara tahun 1965-1970.


Pertanyaannya, apakah kabupaten Kapuas tidak berhasil menjadikan temuan kapal karam Pangkalan Sari sebagai museum terbuka atau benda cagar budaya padahal dari berbagai sisi temuan ini memiliki keunggulan yang luar biasa?

TEMUAN ARKEOLOGI TERBARU DI KUALA KAPUAS (4)

Posted by Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos

4. Menurut Lukas Parta Koestoro, DEA (Peneliti Arkeologi Maritime), besi-besi panjang yang tampak pada foto adalah bagian dari engsel pintu atau jendela. Obyek tersebut adalah engsel jepit yakni dua ruas besi yang disatukan untuk menjempit daun pintu atau daun jendela yang akan disanggahnya.


5. Roda beton yang tampak pada foto diperkirakan merupakan bagian dari suatu peralatan di kapal yang berfungsi sebagai alat pemberat. Pada crane atau alat derek, roda beton atau balok beton digunakan untuk menjaga keseimbangan saat digunakan. Jumlahnya tidak hanya satu tetapi tergantung pada imbangan berat yang diinginkan.


6. Bilah-bilah kayu pada foto diatas merupakan bagian dari tong kayu dari pohon oak yang tidak terdapat di Indonesia. Tong kayu ini biasanya digunakan untuk menyimpan minuman seperti bir anggur (wine) sehingga disebut wine barrel. Para pembuat tong anggur (cooper) memiliki preferensi menggunakan kayu oak sebagai bahan tong anggur karena memiliki serat kayu, porositas dan kandungan tanin yang bagus untuk menghasilkan kualitas minuman yang bagus pula. Terdapat lima hutan di Perancis yang ditumbuhi pohon kayu French oak dan memiliki kualitas yang memadai yaitu Allier, Limousin, Nevers, Trancais dan Vosges. Sebuah barrel anggur terdiri dari bilah-bilah kayu yang dibentuk melengkung dengan kedua ujungnya rata. Bilah-bilah tersebut dirakit dan dijepit dengan plaat (lempengan) bulat dari logam sebanyak enam atau delapan buah. Plaat tersebut biasanya berbahan besi yang dilapis seng (zinc) khusus untuk tong anggur, sedangkan baja untuk tong whiskey. Agar kedap air, saat merakit tong anggur terdapat tiga plaat logam yang direkatkan secara permanen pada tong dengan cara memanggangnya di atas api kecil. Banyak sedikitnya arang yang dihasilkan oleh pemanggangan tersebut akan berdampak pada usia dan kualitas minuman anggur dalam tong. Masa pakai tong anggur adalah lima tahun, setelah itu akan mempengaruhi cita rasa minuman anggur. Namun dapat  juga direstorasi dengan cara mengeruk lapisan sisa-sisa anggur di dalam tong lalu dibakar atau menambah lapisan tipis kayu oak di dalamnya. Hal ini dapat memperpanjang  usia tong sampai sepuluh tahun. Setelah masa pakainya berakhir, bilah-bilah kayu tersebut biasanya dipotong jadi dua untuk digunakan sebagai wadah penyemaian tanaman. Masyarakat di Indonesia tidak pernah mengenal teknologi pembuatan dan penggunaan tong kayu tersebut dengan demikian temuan ini mengindikasikan bilah-bilah bekas tong tersebut memang sengaja dibawa ke perairan Kapuas dan menjadi bagian penyimpanan logistik kapal karam tersebut.

Minggu, 17 Juni 2012

TEMUAN ARKEOLOGI TERBARU DI KUALA KAPUAS (3)


Apa saja keunikan temuan bangkai kapal karam di desa Pangkalan Sari, kecamatan Basarang? Berdasarkan kesimpulan dari 4 (empat) orang peneliti dari Balai Arkeologi Banjarmasin, yang terdiri dari Hartatik, SS (Peneliti Madya, Ketua Tim), Vida Pervaya Rusianti Kusmantoro, MA (Peneliti Madya), Ulce Oktrivia, SS (Peneliti Situs dan Prasasti) dan Rahmat Taufik  bahwa bangkai kapal karam yang ditemukan di perairan sungai di desa Pangkalan Sari dinyatakan termasuk katagori benda cagar budaya yang khas sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010.


Adapun keunikan artefak-artefak yang telah diobservasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Fragmen porselen yang ditemukan merupakan bagian dari 3 (tiga) buah piring. Dua piring memiliki cap berbentuk mahkota kerajaan dan simpul Stafford (Stafford knot). Di dalam simpul stafford terdapat inisial PK, frase prize medal dan angka tahun 1851. Terdapat pula patahan kata”…..TAGNE” dan angka 8 diluar simpul. Karakteristik yang terdapat pada piring porselen tersebut menunjukkan ciri produksi barang-barang dari Inggris. Namun kata “…TAGNE” dibawah simpul Stafford merupakan kepanjangan dari frase “GRANDE BRETAGNE” yang dalam bahasa Inggris berarti Great Britain, merupakan sebutan resmi orang Perancis pada masa itu bagi England. Inisial PK adalah kependekan dari Porquier Kemper (Quimper), yaitu nama pabrik yang memproduksinya, yang berdiri sejak 1707 sampai pertengahan abad ke-20 Masehi. Sedangkan frase prize medal dan angka 8 mengindikasikan bahwa piring tersebut merupakan semacang trofi yang kedelapan yang diperuntukan bagi para pemenang kompetisi tertentu. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa piring-piring tersebut diproduksi oleh Perancis atas pesanan Inggris dalam jumlah tertentu, untuk kemudian sengaja dibawa ke kawasan perairan Kapuas untuk keperluan yang berkaitan dengan suatu kegiatan kejuaraan. Oleh karena kuantitasnya terbatas dan bersifat unik yang menunjukkan hubungan diplomatis dua negara besar (Inggris dan Perancis) pada pertengahan abad ke-19 Masehi maka piring-piring tersebut adalah benda cagar budaya yang memiliki nilai sejarah, teknologi dan kebudayaan yang sangat tinggi.
2. Menurut Lukas Parta Koestoro, DEA (Peneliti Arkeologi Maritime), lubang udara (vent pipe) berbahan kuningan setinggi ± 20 cm, yang demikian itu biasanya terdapat pada sebuah kapal yang berukuran besar, baik berbadan kayu maupun besi. Pada umumnya vent pipe yang digunakan untuk membantu sirkulasi udara dalam ruang atau kabin kapal berdiameter lebih dari 20 cm. Kerap vent pipe semacam ini dipasang di bagian atap, depan atau belakang kapal, yang bermula dengan adanya kapal uap. Namun mengacu pada besaran diameter temuan tersebut, lebih tepat jika fungsi vent pipe ini adalah bagian dari sarana penyampai atau penerima pesan (corong suara) dari ruang kemudi (yang sekaligus kabin kapten) ke kamar mesin. Alat ini digunakan untuk memperlancar komunikasi  lisan antara pihak yang mengendalikan kemudi di kabin/ruang atas, baik nakhoda maupun mualim/jurumudi dengan fihak kamar mesin (kepala kamar mesin, juru mesin dan lainnya). Mekanismenya, pembicara mendakatkan mulutnya ke corong penyampai dan mengirimkan pesan yang mengalir melalui pipa ke ujung pipa lain yang merupakan corong penerima. Ini berkaitan antara lain dengan perintah atau permintaan nakhoda untuk menambah atau mengurangi kecepatan/akselerasi mesin.



3. Dulu vent pipe diproduksi oleh pabrik-pabrik di Eropa, jadi memang bagian dari kapal-kapal yang diproduksi di Eropa. Namun sejak pertengahan awal abad ke-20 Masehi, seperti halnya kapal-kapalnya, komponen-komponen kapal mulai diproduksi oleh pabrik di Surabaya. Produksi vent pipe kuningan tidak harus oleh industri besar. Pengrajin rakyat dimanfaatkan pula untuk memproduksi vent pipe tersebut karena aktivitas peleburan kuningan atau tembaga tidak memerlukan panas yang tinggi seperti halnya peleburan besi. Dengan demikian obyek yang ditemukan di perariran Kapuas tersebut adalah bagian corong penyampai atau bagian corong penerima pesan sebuah kapal besar. Artinya produk tersebut sudah dikenal di Indonesia sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20 Masehi termasuk di Kalimantan. Di Kalimantan penggunaan kapal uap berukuran besar menunjukkan intensitas yang tinggi bahkan mencapai bagian hulu sungai-sungai besar, antara lain untuk ekspedisi militer.

TEMUAN ARKEOLOGI TERBARU DI KUALA KAPUAS (2)

Image
Sebagai tindak lanjut dari penelitian temuan bangkai kapal di desa Pangkalan Sari, kecamatan Basarang maka Balai Arkeologi Banjarmasin mengirim surat kepada Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas, Nomor : PL.0401/BalarBJM/KPK/04.VI/2010 tanggal 4 Juni 2012  Hal : Rekomendasi Temuan Kapal. 

Image

Berdasarkan surat tersebut,  Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas kemudian menindak-lanjuti dengan mengirim surat kepada Bupati Kapuas dengan surat ber nomor : 556/416/Par-2/Disporabudpar/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012 Perihal :  Kerjasama Penanganan Temuan Bangkai Kapal   Kuno  di   Kecamatan  Basarang.   Tindasan surat disampaikan kepada DPRD kabupaten Kapuas, kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah, Polres Kapuas dan fihak terkait lainnya dengan maksud meminta dukungan.

Image

Dalam surat diatas Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas menindak-lanjuti surat terdahulu Nomor : 556/395/Par-2/Disporabudpar/V/2012 tanggal 30 Mei 2012 Perihal : Laporan Pendahuluan Atas Temuan Bangkai Kapal Kuno di Wilayah Desa Pangkalan Sari kecamatan Basarang. Intisari surat antara lain bahwa artefak / bangkai kapal yang ditemukan di desa Pangkalan Sari dinyatakan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin sebagai benda cagar budaya yang khas sehingga direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010.

Image

Balai Arkeologi Banjarmasin juga merekomendasikan kapal karam dan lokasinya dapat dimanfaatkan sebagai open site museum untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata.  Untuk kepentingan ini maka Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas memohon dukungan sepenuhnya dari Bupati, DPRD Kabupaten Kapuas dan fihak terkait lainnya sehingga situs desa Pangkalan Sari bisa menjadi cagar budaya dan daya tarik wisata daerah.

Image

Apa saja keunikan temuan bangkai kapal karam di desa Pangkalan Sari dapat diikuti pada tulisan selanjutnya, terima kasih. 

Kamis, 14 Juni 2012

TEMUAN ARKEOLOGI TERBARU DI KUALA KAPUAS (1)

 


Pada hari Senin tanggal 28 Mei 2012 Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas, Drs. Raden Ledi Karsapati R Mathias, memimpin Apel Pagi dilingkungan kantor yang dipimpinnya. Dalam salah satu poin amanatnya beliau menyatakan menerima informasi dari fihak Polres Kapuas bahwa telah ditemukan bangkai kapal kuno di perairan desa Pangkalan Sari kecamatan Basarang.



Berdasarkan berita tersebut maka beliau memerintahkan Kepala Bidang Pariwisata dan Kepala Bidang Kebudayaan untuk berkoordinasi dengan Polres Kapuas guna mengadakan pengecekan berikut tinjauan ke lokasi penemuan.


Pengecekan atas kebenaran berita kemudian diawali dengan kunjungan ke Polres Kapuas guna koordinasi, melihat barang bukti yang diamankan kepolisian dan melihat penyelam yang dimintai keterangan sehubungan dengan penyelaman bangkai kapal tersebut.


Selesai dari Polres Kapuas kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke lokasi penemuan bangkai kapal kuno oleh masyarakat di desa Pangkalan Sari kecamatan Basarang, dekat perbatasan kecamatan Kapuas Barat. Kunjungan ini dilakukan bersama-sama dengan tim dari Balai Arkeologi Banjarmasin (4 orang) dan anggota Polres Kapuas.


Dari pengamatan barang bukti di Polres Kapuas, pengakuan para penyelam dan pengecekan lokasi, didapat data bahwa temuan arkeologi berupa bangkai kapal kuno memang benar, ditemukan di tengah sungai di desa Pangkalan Sari (kecamatan Basarang), berbatasan dengan kecamatan Kapuas Barat.  Bangkai kapal tersebut menurut keterangan penyelam merupakan kapal bermesin, kerangka dari besi dan bagian atas dari kayu, kuat indikasi merupakan kapal bangsa Barat dan ditemukan angka tahun 1851 pada salah satu artefak-nya.


Kondisi bangkai kapal ditemukan oleh para penyelam terkubur di tengah sungai, penuh lumpur, diperkirakan berukuran panjang 15 meter dan lebar 6 meter. Dan selama ini para penyelam sudah berhasil mengangkat besi tua dari bangkai kapal tersebut sebanyak 1 ton dan telah dijual ke Banjarmasin seharga mencapai Rp. 20.000.000,-.


Karena temuan arkeologi ini dinilai sangat berharga maka diperlukan upaya pengamanan sehingga nilai sejarah dan budaya yang ada dapat diselamatkan. Temuan ini merupakan temuan terbaru setelah sebelumnya telah ditemukan berbagai harta masa lalu di perairan sekitar jembatan Pulau Telo dan disekitar bekas Kerajaan Nyai Undang di Bataguh.


Posted by Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos

PRESTASI KABUPATEN KAPUAS PADA FESTIVAL BUDAYA ISEN MULANG TAHUN 2012


Dari 17 (tujuh belas) cabang lomba yang dipertandingkan pada Festival Budaya Isen Mulang tahun 2012 di Palangka Raya , Kabupaten Kapuas hanya mengikuti beberapa cabang saja, dengan hasil :


a. Juara I  Lomba Karungut Putra


b. Juara II Lomba Karungut Putri, Besei Kambe Putra, Mangaruhi Putri, Lomba Kuliner, Putra Pariwisata dan Tari Pedalaman.


c. Juara III Lomba Besei Kambe Putri.


Predikat Juara Umum Festival Budaya Isen Mulang Tahun 2012 kembali direbut oleh Kontingen Kabupaten Murung Raya, Peringkat II Kota Palangka Raya dan Peringkat III direbut oleh Kabupaten Gunung Mas.


HARAPAN
Perlombaan yang belum diikuti tahun ini dan diusulkan untuk diikuti tahun mendatang adalah Pakasak Lamang, Mangenta, Dayung Tradisional Putri, Balogo Putra/Putri, Bagasing Putra/Putri, Jukung Hias, Sumpit Putra/Putri dan Lagu Pop Daerah.

REVIEW KAPUAS PADA FESTIVAL ISEN MULANG 2012

By Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos


Kabupaten Kapuas mengikuti Festival Budaya Isen Mulang Tahun 2012 berdasarkan  Keputusan Bupati Kapuas Nomor : 308/DISPORABUDPAR/TAHUN 2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang Pembentukan Kontingen Seni Budaya Untuk Mengikuti Festival Budaya Isen Mulang Tahun 2012 di Palangka Raya.

Pelepasan Kontingen Festival Budaya Isen Mulang Kabupaten Kapuas dilaksanakan oleh Yang Mewakili Bupati Kapuas (Sekretaris Daerah ) pada hari Rabu, tanggal 16 Mei 2012 Pukul 08.30 WIB di halaman Kantor Bupati Kapuas, Jalan Pemuda KM, 5,5 Kuala Kapuas dalam sebuah Apel Pelepasan.

Kontingen Kabupaten Kapuas berangkat ke Palangka Raya pada hari Jum’at, tanggal 18 Mei 2012 berkekuatan 70 orang (tujuh puluh orang) personil untuk mengikuti cabang lomba Pemilihan Putra Putri Pariwisata, Pawai Budaya / Mobil Hias, Lomba Kuliner, Tarian Daerah Pesisir dan Pedalaman, Karungut, Mangaruhi, Dayung Tradisional Putra dan Besei Kambe.


Acara Pembukaan Festival Budaya Isen Mulang Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 di laksanakan di Lapangan Sanaman Mantikei Palangka Raya pada hari Sabtu tanggal 19 Mei 2012 Pukul 14.30 WIB oleh Gubernur Kalimantan Tengah Bapak Teras Narang, SH dengan kegiatan seremonial, tarian masal, pawai budaya dan lomba mobil hias.


Kontingen Festival Budaya Isen Mulang Kabupaten Kapuas disamping mengikuti kegiatan dan lomba sesuai Keputusan Bupati sebagai mana di atas, juga mengikuti kegiatan perlombaan lainnya secara inisiatif yaitu Lomba Malamang, Mangenta dan Balogo. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan yang ada.


Selama berada di Palangka Raya, kontingen Festival Budaya Isen Mulang Kabupaten Kapuas menginap di Hotel Sahid Tamara, Jalan RTA Milono KM 3,5 Palangka Raya. Selanjutnya untuk Putra Putri Pariwisata menginap secara khusus di karantina hotel Luwansa Palangka Raya.


Lokasi perlombaan Festival Budaya Isen Mulang Tahun 2012 tidak lagi di Lapangan Sanaman Mantikei Palangka Raya tetapi dipusatkan di Lapangan Temanggung Tilung, Jalan Temanggung Tilung Palangka Raya kecuali untuk Lomba Kuliner di Gedung Mandala Wisata “Betang Eka Tingang Nganderang” dan Lomba Dayung serta Besei Kambe di bawah Jembatan Kahayan Palangka Raya.


Dari pengamatan yang dilakukan ternyata masih terdapat banyak kekurangan disana-sini sehingga semua itu sangat berguna untuk bahan evaluasi dan perbaikan dimasa yang akan datang.