Senin, 20 Desember 2010

DITEMUKAN DADU DI KERAJAAN BATAGUH

19 Januari
Repro Suparman

Dari jejak kisah Kerajaan Bataguh dapat ditemukan juga mata dadu dari kayu ulin yang berbentuk persegi panjang. Dadu ini sekarang dimiliki oleh seorang ketua RT di wilayah Handel Alai.  Dalam foto tampak dadu beserta batu-batuan serta gelang timah.

Dadu ini menambah pengetahuan kita bahwa sejkak zaman dahulu masyarakat kerajaan Bataguh sudah memainkan permainkan dadu. Namun mata dadu yang tampak terukir ini adalah 1-4 dan tidak sampai 6 mata seperti mata dadu biasanya. 

Masuknya permainan dadu di Kerajaan Bataguh tidak dapat diungkapkan sejak kapan. Namun dari kesamaan bentuknya, adanya permainan dadu walau  pun tidak semodern dadu  6 mata di wilayah lain seperti Cina dan Mesir sejak 600 SM, bahkan 2000 SM, sepertinya Kerajaan Bataguh sudah memiliki hubungan yang luas dengan kerajaan luar daerahnya.

PATUNG DAYAK DARI KERAJAAN BATAGUH

Repro Suparman, 15 Januari 2010

Kota Bataguh Pematang Sawang memiliki kesan yang sangat berarti bagi sejarah asal usul Nyai Undang (Pimpinan Dayak), para panglimanya serta penduduknya yang kini jadi misteri, Kisah-kisahnya terdengar sebagai misteri yang sampai sekarang belum terungkap. Namun demikian misteri yang selama ini hanya kisah-kisah antar masyarakat, setidaknya mulai terkuak dengan ditemukannya peninggalan-peninggalan berupa batu-batuan, kemudi kapal dan patung yang diperkirakan sebagai patung Nyai Undang.
 
Patung yang dimiliki oleh penduduk ini (Juhari/40 thn) ditemukan sekitar di wilayah Kelurahan Pulau Kupang, Kota Bataguh. Patung tersebut terbuat dari kayu ulin. Menurut ceritanya patung ini mereka dapatkan tatkala mencari emas (mendulang) di sekitar lokasi Kerajaan Bataguh. Patung didapatkannya di kedalaman ± 3 meter dari permukaan tanah.

Patung kayu ulin ini berwujud patung manusia, berjenis kelamin perempuan yang bertelinga panjang, dengan ketinggian ± 7 cm. Sebelah kanan daun telinga dari patung ini telah hilang sejak awal ditemukan, yang menurut pengamatan kami, telinga panjang adalah telinga yang dimiliki wanita dayak dewasa pada zaman dahulu. 
 
Masih ada beberapa wanita dayak di beberapa daerah yang melestarikannya telinga panjang hingga sekarang ini. Telinga panjang terbentuk karena wanita dayak dewasa menggunakan bandul di telinganya hingga menarik lubang daun telinga tempat bandul. Untuk kaum wanita dayak zaman dahulu, telinga yang semakin panjang dan bandul telinganya semakin banyak merupakan pertanda bahwa dia semakin cantik.

Patung ini merupakan salah satu bukti sejarah yang dapat menjadi petunjuk bagi penelitian adanya pengetahuan membuat patung oleh nenek moyang dayak yang ada di Kerajaan Bataguh.

Obyek Bersejarah Ditemukan di Sungai Kapuas

Rabu, 15 Desember 2010
Repro Karya Pujangga





Dua penyelam tradisional menemukan "keris" dan "kancip" raksasa (pemotong pinang) sepanjang 1,5 meter di sungai Kapuas, tepatnya di bawah jembatan Pulau Telo, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Warga Desa Keramat, "digegerkan" dengan penemuan keris dan kancip pembelah pinang ukuran raksasa oleh dua penyelam tradisional yaitu Henry (21) dan Yanto (28), warga RT 2.
 
Keris yang ditemukan berbentuk belati yang memiliki ukiran unik di pangkal tetapi gagang kerisnya tidak ada.

Demikian juga dengan kancip besar itu, ujung-ujungnya berbentuk seperti burung suci khas Dayak "tingang".



Menurut Henry sang penemu,  benda yang mereka temukan dianggap suci. Ada beberapa keanehan ketika pengunjung cukup berani menyentuh keris adalah kaku tangan mereka.  Menurut  perkiraan benda besi yang ditemukan diperkirakan berumur 300 tahunan. Karena itu, Henry tidak tertarik untuk menjual keris dan temuan kancip raksasa itu. "Apa yang saya mau beli masih lebih, hanya saya tidak berniat untuk menjualnya pertama, karena saya tidak mendapatkan petunjuk, baik dari mimpi dan bisikan ajaib," katanya ....



Ada hubungan sejarah dengan Kerajaan Bataguh
 

Kesimpulan sementara, senjata tradisional  tersebut terkait dengan Kerajaan Bataguh yang diyakini telah berdiri di Kapuas. "Pada waktu itu Kerajaan Bataguh dipimpin oleh seorang ratu bernama Nyai Undang," kata Manli, salah seorang tetua adat Dayak.  

Bentuk dari barang kuno yang ditemukan bukanlah senjata khas Dayak Kalimantan Tengah.  Diperkirakan senjata-senjata dan perangkat masa silam ini diturunkan dengan kapal dalam rangka menyerang  Kerajaan Bataguh. Pertempuran diperkirakan terjadi sekitar tahun 1400 Masehi. "Kerajaan Bataguh memiliki area yang luas di Kapuas dan Pulau Telo," kata Manli.

Dia menjelaskan, sebelumnya juga telah ditemukan senjata di Sungai Kapuas dan tidak jauh dari pulau Telo. Temuan itu tepatnya di Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat,  Kabupaten Kapuas. Temuan ini memperkuat dugaan dan analisis tentang pernah berdirinya kerajaan Bataguh yang berperang dengan orang asing.


Para penemu keris tua berukuran raksasa itu mengemukakan adanya tujuh buah lubang pada keris. Dia mengatakan, lubang-lubang itu menunjukkan bahwa senjata ini telah memangsa orang. "Sama seperti mandau pedang senjata khas Dayak, jika ada lubang di ujung, itu menandakan bahwa senjata tersebut telah pernah menghilangkan nyawa seseorang," katanya.
 

Ketua Dewan Adat Dayak Kapuas, Anggie Rohan, mengatakan hal yang sama. Dia juga menduga adanya link antara temuan ini dengan Kerajaan Bataguh. Kedua benda tersebut diperkirakan berusia lebih dari 300 tahun. Dikatakannya, penemuan ini merupakan hal yang disebut dalam bahasa Dayak  sebagai "keberuntungan" karena tidak semua orang bisa mendapatkannya. "Benda-benda tersebut memiliki kekuatan magis. Biasanya, penemu Keris adalah orang yang terpilih," katanya.

Diterbitkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos